Halaman

Senin, 23 Januari 2012

Khalifah Pertama


Abu Bakar As SiddiqCetak
Senin, 23 Januari 2012
Abu Bakar As Siddiq ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Rasulullah Saw menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Abu Bakar As Siddiq atau Abdullah bin Abi Quhafah (Usman) bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi saw kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek yang keenam. Dan ibunya, Ummul-Khair, sebenarnya bernama Salma binti Sakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Nabi Muhammad Saw juga memberinya gelar As Siddiq (artinya 'yang berkata benar'), sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar as-Siddiq.
Abu Bakar As Siddiq tumbuh dan besar di Mekah dan tidak pernah keluar dari Mekah kecuali untuk tujuan dagang dan bisnis. Beliau memiliki harta kekayaan yang sangat banyak dan kepribadian yang sangat menarik, memiliki kebaikan yang sangat banyak, dan sering melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Dughunnah, sesungguhnya engkau selalu menyambung tali kasih dan keluarga, bicaramu selalu benar, dan kau menanggung banyak kesulitan, kau bantu orang-orang yang menderita dan kau hormati tamu.
An-Nawawi berkata: Abu Bakar As Siddiq termasuk tokoh Quraisy dimasa Jahiliyah, orang yang selalu dimintai nasehat dan pertimbangannya, sangat dicintai dikalangan mereka, sangat mengetahui kode etik dikalangan mereka. Tatkala, Islam datang Abu Bakar As Siddiq mengedepankan Islam atas yang lain, dan beliau masuk Islam dengan sempurna.
Zubair bin Bakkar bin Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ma’ruf bin Kharbudz dia berkata: Sesungguhnya Abu Bakar As Siddiq adalah salah satu dari 10 orang Quraisy yang kejayaannya dimasa Jahiliyah bersambung hingga zaman Islam. Abu Bakar As Siddiq mendapat tugas untuk melaksanakan diyat (tebusan atas darah kematian) dan penarikan hutang. Ini terjadi karena orang-orang Quraisy tidak memiliki raja dimana mereka bisa mengembalikan semua perkara itu kepada raja. Pada setiap kabilah dikalangan Quraisy saat itu, ada satu kekuasaan umum yang memiliki kepala suku dan kabilah sendiri.
Istri-istri dan anak Abu Bakar.
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abdul Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
Beliau juga menikah dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikah dengan Asma’ binti Umais bin ma’add bin Taim al-Khatts’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasullullah saw wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah saw. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Khultsum.

Orang yang paling bersih di masa Jahilliyah
Ibnu Asakir meriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Aisyah, dia berkata: demi Allah, Abu Bakar As Siddiq tidak pernah melantunkan satu syairpun di masa Jahiliyah dan tidak pula dimasa Islam. Abu Bakar As Siddiq dan Utsman bin Affan tidak pernah minum minuman keras di zaman Jahiliyah.

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, dia berkata, Abu Bakar As Siddiq sama sekali tidak pernah mengucapkan syair.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu Al-Aliyyah Ar-rayahi, dia berkata: Dikatakan kepada Abu Bakar As Siddiq ditengah sekumpulan sahabat Rasulullah: Apakah kamu pernah meminum minuman keras di zaman Jahiliyah? Beliau berkata, ”Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan itu!”

Sifat Abu Bakar As Siddiq
Ibnu Saad meriwayatkan dari Aisyah bahwa seorang laki-laki berkata kepadanya: Coba sebutkan kepada saya gambaran tentang Abu Bakar As Siddiq! Kata Aisyah: dia adalah laki-laki kulit putih, kurus, tidak terlalu lebar bentuk tubuhnya,sedikit bungkuk, tidak bisa untuk menahan pakaiannya turun dari pinggangnya, tulang-tulang wajahnya menonjol, dan pangkal jemarinya datar.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Abu Bakar As Siddiq mewarnai rambutnya dengan 'daun pacar' dan katam (nama jenis tumbuhan). Dia juga meriwayatkan dari Anas, dia berkata, Rasulullah datang ke Madinah, dan tidak ada salah seorang dari para sahabatnya yang beruban kecuali Abu Bakar As Siddiq, maka dia menyemirnya dengan daun pacar dan katam.
Abu Bakar As Siddiq dilahirkan di Mekah dari keturunan Bani Tamim ( Attamimi ), suku bangsa Quraisy. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.

Era bersama Nabi saw
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar As Siddiq membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Sehingga diriwayatkan bahwa Abu Bakar As Siddiq memiliki 9 toko yang semuanya habis dibuat untuk tegaknya agama islam. Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain :
  • Bilal bin Rabbah
  • Abu Fakih
  • Ammar
  • Abu Fuhaira
  • Lubainah
  • An Nahdiah
  • Ummu Ubays
  • Zinnira
  • Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar As Siddiq adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar As Siddiq juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.

    Menjadi Khalifah
    Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar As Siddiq ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar As Siddiq akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632), dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar As Siddiq sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam.
    Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar As Siddiq sebagai khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad), yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sementara muslim syi'ah berpendapat kalau Rasulullah saw dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggalkan umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir, dan juga banyak hadits di Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali bin Abu Thalib sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar As Siddiq dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali bin Abu Thalib menjadi pendukung setia Abu Bakar As Siddiq dan Umar bin Khattab. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali bin Abu Thalib melakukan baiat tersebut secara "pro forma," mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istri beliau yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

    Perang Ridda
    Segera setelah menjabat Abu Bakar As Siddiq, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.

    Al Quran
    Abu Bakar As Siddiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Quran. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Abu Bakar As Siddiq lantas meminta Umar bin Khattab untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. Setelah lengkap koleksi ini, yang dikumpulkan dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar bin Khattab dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Ustman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an hingga yang dikenal hingga saat ini.
    Abu Bakar As Siddiq meninggal pada tanggal 23 Agustus 634/ 8 Jumadil Awwal 13 H di Madinah pada usia 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah.
    Sumber : wikipedia  dan lainnya. 

    Urutan Khalifah-Khalifah Kaum Muslimin


    23012012
    Oleh: Ustadz Ahmad Syarwat, Lc
     Ada begitu banyak analisa para pemikir dan pengamat tentang sebab-sebab jatuhnya khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924. Baik yang bersifat lebih teknis maupun sebab-sebab yang bersifat lebih umum.
       
    Sebab-sebab secara teknis kita serahkan kepada para ahli sejarah, terutama sejarah Turki sendiri. Sedangkan yang akan kita bahas di sini adalah sebab-sebab secara umumnya saja.
      
    A. Sebab Ekternal
       
    Sudah kita ketahui bersama bahwa Khilafah Turki Utsmani kalah pada perang dunia pertama. Sebagai negara yang kalah perang, maka negeri itu dengan mudah ditindas, dirampok dan juga diperebutkan wilyahnya oleh para pemangsa dan lawan-lawannya.
       
    Sampai terjadi penghinaan yang begitu besar, di mana bangsa Turki yang secara geografis memang penduduk Eropa dilecehkan dengan ungkapan “The Sickman in Europe.” Bahkan kata “turkey” dalam ungkapan mereka merupakan pelecehan, yang artinya ayam kalkun.
       
    Pahlawan dan tokoh muslim Turki pu tidak luput dari penghinaan. Salah satunya adalah Barbarossa si Janggut Merah. Di dalam cerita Asterik, tokoh Barbarosssa muncul sebagai bajak laut yang bodoh. Padahal beliau adalah pahlawan Islam di masanya dan pelaut kafir Eropa sangat takut dengan angkatan perangnya.
       
    B. Sebab Internal
      
    Penjajahan barat terhadap Turki semakin menusuk tatkala mereka berhasil meraih generasi muda Turki dengan pendidikan ala barat. Tentu saja semua itu untuk mendapatkan satu tujuan, yaitu sekulerisasi selapis generasi. Maka lahirlah kemudian generasi baru yang anti Islam, Islamo-phobia, sekuler, liberal dan berotak barat.
        
    Mereka inilah yang kemudian didukung oleh Eropa untuk menumbangkan lembaga khilafah Islamiyah. Tercatat tokohnya adalah Mustafa Kemal Ataturk yang terlaknat. Sosok ini telah berhasil menumbangkan khilafah pada tahun 1924 lewat gerakan Turki Muda.
      
    Sayangnya, hujaman belati mematikan ini justru masuk ke dalam pelajaran sejarah di negeri kita sebagai kebangkitan, bukan sebagai kejahatan. Rupanya, jaring-jaring kerja bangsa-bangsa kafir itu sedemikian luas, sehingga sosok Kemal Ataturk yang zhalim itu, justru muncul dalam buku sejarah kita sebagai pahlawan.
       
    Padahal Kemal telah melakukan dosa yang bahkan Iblis pun tidak pernah melakukannya. Yaitu menumbangkan satu rangkaian khilafah Islamiyah yang terakhir. Padahal belum pernah sebelumnya umat Islam di dunia hidup tanpa naungan khilafah.
       
    Sebab khilafah sudah ada sejak zaman Rasululullah SAW hidup, yakni sejak 15 abad yang lalu. Selama itu, umat Islam belum pernah hidup tanpa ada khilafah. Iblis dan para jin tidak pernah mampu menumbangkannya. Tiba-tiba seorang sekuleris yang nota bene agamanya masih Islam, malah menumbangkannya. Walhasil, sejak jatuhnya khilafah Turki, umat Islam masuk dalam bid’ah kubro. Sebuah bid’ah teramat besar yang melebihi semua jenis bid’ah yang pernah ada. Dan tentunya sangat dibenci dan dimurkai. Sebuah bid’ah berupa umat Islam hidup tanpa naungan khilafah.
       
    Urutan Khilafah Sepanjang Sejarah Islam
       
    Dengan wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 623 M, umat Islam segera membaiat Abu Bakar ra sebagai pengganti beliau. Istilah pengganti ini dalam bahasa Arab adalah khalifah. Lengkapnya, khalifatu rasulillah atau pengganti Rasulullah. Maksudnya bukan menggantikan posisi kenabian Muhammad SAW, melainkan posisi beliau SAW sebagai pemimpin tertinggi umat Islam. Sebab nabi kita itu selain sebagi nabi, juga berperan sebagai pemimpin tertinggi umat Islam.
      
    Selain itu, ada juga sebutan lain buat posisi tertinggi umat Islam sedunia, yaitu istilah Amirul Mukminin. Artinya adalah pemimpin umat Islam.


      
    1. Khilafah Rasyidah


    Khilafah Rasidah berdiri tepat di hari wafatnya Rasululllah SAW. Terdiri dari 4 orang atau 5 orang shahabat nabi yang menjadi khalifah secara bergantian. Mereka adalah:


    * Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
    * ‘Umar bin Khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
    * ‘Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
    * ‘Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M) dan
    * Al-Hasan bin ‘Ali ra (tahun 40 H/661 M)
      
    Masa berlakunya selama kurang lebih 30 tahun. Disebut juga sebagai khilafah rasyidah karena posisi mereka sebagai shahabat nabi yang mendapat petunjuk. Dan memang ada pesan dari nabi untuk mentaati para khalifah rasyidah ini.
       
    2. Khilafah Bani Umayyah
       
    Khilafah ini berpusat di Syiria, tepatnya di kota Damaskus. Berdiri untuk masa waktu sekitar 90 tahun atau tepatnya 89 tahun, setelah era khulafa ar-rasyidin selesai. Khalifah pertama adalah Mu’awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Adapun masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
    * Mu’awiyyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
    * Yazid bin Mu’awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
    * Mu’awiyah bin Yazid (tahun 64-65 H/683-684 M)
    * Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
    * Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-86 H/685-705 M)
    * Walid bin ‘Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
    * Sulaiman bin ‘Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
    * ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
    * Yazid bin ‘Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724M)
    * Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
    * Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
    * Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
    * Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
    * Marwan bin Muhammad (tahun 127-1 33 H/744-750 M)
       
    Sebenarnya khilafah Bani Ummayah ini punya perpanjangan silsilah, sebab satu dari keturunan mereka ada yang menyeberang ke semenanjung Iberia dan masuk ke Spanyol. Di Spanyol mereka kemudian mendirikan khilafah tersendiri yang terlepas dari khilafah besar Bani Abbasiyah.
      
    3. Khilafah Bani Abbasiyah
      
    Kemudian kekhilafahan beralih ke tangan Bani ‘Abasiyah yang berpusat di Baghdad. Total masa berlaku khilafah ini sekitar 446 tahun. Khalifah pertama adalah Abu al-’Abbas al-Safaah. Sedangkan khalifah terakhirnya Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah.
      
    Secara rinci masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
    * Abul ‘Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
    * Abu Ja’far al-Manshur (tahun 137-159 H/754-775 M)
    * Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
    * Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
    * Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
    * Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
    * Al-Ma’mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
    * Al-Mu’tashim Billah (tahun 618-228 H/833-842M)
    * Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
    * Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
    * Al-Musta’in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
    * Al-Mu’taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
    * Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
    * Al-Mu’tamad ‘Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
    * Al-Mu’tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
    * Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
    * Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)
    * Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
    * Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
    * Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
    * Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
    * Al-Muthi’ Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
    * Al-Tha`i’ Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
    * Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
    * Al-Qa`im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)
    * Al-Mu’tadi Bi Amrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
    * Al-Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
    * Al-Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
    * Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
    * Al-Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160 M)
    * Al-Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
    * Al-Mustadli`u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
    * Al-Naashir Lidinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
    * Al-Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
    * Al-Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
    * Al-Musta’shim Billah (tahun 640-656 H/1242-1258 M)
    * Al-Mustanshir Billah II (tahun 660-661 H/1261-1262 M)
    * Al-Haakim Biamrillah I (tahun 661-701 H/1262-1302 M)
    * Al-Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
    * Al-Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1343 M)
    * Al-Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
    * Al-Mu’tadlid Billah I (753-763 H/1354-1364 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah I (th. 763-785 H/1364-1386 M)
    * Al-Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
    * Al-Musta’shim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah II (th. 791-808 H/1392-1409 M)
    * Al-Musta’in Billah (tahun 808-815 H/1409-1416 M)
    * Al-Mu’tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416- 1446 M)
    * Al-Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
    * Al-Qa`im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
    * Al-Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah III (th 884-893 H/1485-1494 M)
    * Al-Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah IV (th 914-918 H/1515-1517 M)
      
    Khilafah Bani Abbasiyah dihancurkan oleh pasukan Tartar (Mongol), sehingga umat Islam sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa adanya khalifah. Namun kurun waktnya hanya terpaut 3 tahun setengah saja dan segera berdiri khilafah Utsmaniyah.
      
    4. Khilafah Bani Utsmaniyyah
     
    Khilafah Bani Utsmaniyyah tercatat memiliki30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke enam belas Masehi. Nama-nama mereka sebagai berikut:
    * Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
    * Sulaiman al-Qanuni (tahun 926-974 H/1520-1566 M)
    * Salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
    * Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
    * Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
    * Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
    * Mushthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
    * ‘Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
    * Mushthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
    * Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
    * Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
    * Muhammad IV (tahun 1058-1099 H/1648-1687 M)
    * Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691 M)
    * Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
    * Mushthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
    * Ahmad III (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
    * Mahmud I (tahun 1143-1168 H/1730-1754 M)
    * ‘Utsman III (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
    * Musthafa III (tahun 1171-1187 H/1757-1774 M)
    * ‘Abdul Hamid I (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
    * Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
    * Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
    * Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
    * ‘Abdul Majid I (tahun 1255 H-1277 H/1839-1861 M)
    * ‘Abdul ‘Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
    * Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
    * ‘Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
    * Muhammad Risyad V (tahun 1328-1338 H/1909-1918 M)
    * Muhammad Wahiddin (II) (th. 1338-1340 H/1918-1922 M)
    * ‘Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M).
      
    Khalifah terakhir umat Islam sedunia adalah ‘Abdul Majid II. Semenjak tumbangnya khilafah terakhir ini, berarti umat Islam telah hidup lebih dari selama (2006-1924= 82 tahun) tanpa keberadaan lembaga yang menyatukan.
       
    Kepastian Kembalinya Khilafah
     
    Lepas dari realitas di lapangan yang kurang menggembirakan, di mana umat Islam saat in menjadi budak barat, kekayaan alam mereka dijarah, ekonomi mereka terpuruk, nilai mata uang mereka sangat rendah, hutang luar negeri merekabertumpuk tak terbayar, pemuda mereka dirusak, wanita mereka menjadi hamba syahwat, bahkan masih ditambah lagi dengan rombongan Islam liberal dan sebagainya, namunmasih ada harapan.
      
    Kita masih menemukan satu hadits dari Rasulullah SAW yang cukup melegakan, yaitu kabar gembira dari beliau bahwa suatu saat, khilafah ini akan kembali terbentuk, bahkan dengan kualitasnya yang rasyidah itu.
      
    Sabda Rasulullah saw, “Kemudian akan tegak Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan manhaj Nabi”.
      
    Namun tentunya khilafah ini tidak akan terbentuk begitu saja, bila hanya dengan doa dan diam saja. Atau hanya dengan bicara dan demonstrasi saja. Setiap umat Islam meski bersinergi untuk saling menguatkan dan saling menyokong semua upaya untuk kembali kepada khilafah Islamiyah.
      
    Sebab setiap elemen umat punya potensi yang mungkin tidak dimiliki oleh saudaranya. Maka seruan untuk kembali kepada khilafah seharusnya bukan sekedar lips service, namun harus diiringi dengan kerja nyata, pembinaan dan pengkaderan 1,5 milyar umat, pendirian lembaga pendidikan dan sekian banyak pos-pos penting umat. Lantas diiringi juga dengan kebesaran hati, keterbukaan sikap serta jiwa kepemimpinan dunia Islam yang mumpuni.
       
    Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita untuk dapat menyaksikan beridirnya khilafah Islamiyah semasa kita hidup. Sungguh sebuah kepuasan yang dimpikan oleh dunia Islam selama ini. Amien.
      
    Wallahu a’lam bishshawab wassalamu ‘alaikum warahmatullahi warabaraktuh.
    Sumber: Eramuslim

    welcome to my Blog

    assalaamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

    syukron atas kunjungan anda..
    selamat membaca dan selamat menikmati..

    afwan kesalahan yang ada pada blog ini.

    syukron wa jazakallah/jazakillah khoyr

    Pengikut